Swapnews — Nama UB40 sudah identik dengan reggae yang ramah radio, penuh cinta, dan tentunya lagu abadi Red Red Wine. Tapi di balik melodi santai itu, tersimpan kisah panjang: dari pengangguran Birmingham hingga jadi ikon dunia, lalu terbelah dua dengan luka keluarga, bisnis, dan tragedi yang jarang dipahami publik.
Akar Buruh dan Politik
UB40 lahir Desember 1978 di Birmingham, kota industri dengan tingkat pengangguran tinggi. Nama mereka diambil dari formulir tunjangan pengangguran Inggris, Unemployment Benefit Form 40 — simbol status working class mereka. Album debut Signing Off (1980) bukan sekadar musik, tapi pamflet politik. Liriknya bicara pengangguran, diskriminasi rasial, hingga kritik kebijakan negara. Banyak yang tak tahu: UB40 awalnya lebih mirip kolektif aktivis ketimbang band pop.
Reggae Masuk Mainstream

Sejarah perjalanan UB40
Di era 1980-an, UB40 menembus pasar global lewat cover lagu-lagu lawas. Red Red Wine (1983, kembali nomor 1 di AS 1988) dan Can’t Help Falling in Love (1993) melambungkan mereka ke level superstar. Ironisnya, kesuksesan cover membuat dunia melupakan sisi politik mereka. Padahal, album orisinal mereka tetap menyimpan idealisme.
Tragedi yang Menghantam
1987, UB40 diguncang tragedi. Ray “Pablo” Falconer — produser sekaligus saudara Earl Falconer (bassist) — tewas dalam kecelakaan mobil. Earl yang mengemudi kemudian menghadapi masalah hukum. Peristiwa ini mengubah dinamika internal band, tapi jarang disentuh media yang lebih suka membahas hit chart mereka.
Pecah Jadi Dua UB40
2008, konflik internal memuncak. Ali Campbell, suara utama sejak awal, keluar. Versi resmi menyebut ia ingin solo; versi lain menuding sengketa bisnis dan manajemen. Tak lama kemudian lahirlah dua kubu: UB40 “resmi” yang tetap berjalan dengan nama asli, dan UB40 featuring Ali Campbell, Astro & Mickey Virtue. Pertarungan hukum soal nama pun pecah, membingungkan fans di seluruh dunia.
Sampai hari ini, masih banyak yang tidak tahu bahwa ada dua grup berbeda yang sama-sama menamai diri mereka UB40 dalam tur dan rekaman. Bagi publik, UB40 hanyalah UB40 — tapi di balik layar, ini adalah drama bisnis yang pelik.
Kehilangan Sosok Kunci
2021 jadi tahun duka. Saxophonist sekaligus pendiri Brian Travers meninggal karena kanker. Beberapa bulan kemudian, Astro (Terence Wilson) wafat mendadak. Sementara itu, vokalis Duncan Campbell terpaksa mundur akibat stroke, digantikan Matt Doyle.
Fakta Tersembunyi yang Jarang Dibahas
-
UB40 sejak awal adalah band multietnis — mencerminkan Birmingham yang kosmopolit. Musik mereka bukan sekadar “meminjam reggae,” melainkan bagian dari lingkungan tempat mereka tumbuh.
-
UB40 awal lebih dekat ke musik protes daripada pop cinta. Signing Off dipandang kritikus sebagai salah satu album reggae Inggris terpenting.
-
Pertarungan nama UB40 adalah konflik bisnis serius, lengkap dengan gugatan hukum, bukan sekadar “ribut keluarga.”
-
Tragedi Ray Falconer sering dilupakan, padahal berdampak besar pada arah musik UB40.
-
UB40 justru membuka pintu reggae ke pasar global yang sebelumnya kecil — sebuah warisan yang sering diremehkan kalangan musik “serius.”
UB40 bukan hanya cerita lagu cinta, red wine, dan reggae yang lembut. Mereka adalah potret kelas pekerja, korban tragedi, dan saksi kerasnya bisnis musik. Kini, meski terbelah, nama UB40 tetap hidup — dengan dua versi, dua cerita, dan satu warisan yang membelah opini: band cover komersial, atau pionir reggae global?
(P/A)