Swapnews.co.id – Dunia pengembangan iOS kini berada di ambang revolusi besar.
Bahasa pemrograman Swift yang dahulu hanya disebut-sebut sebagai penerus Objective-C, kini menguasai penuh ekosistem Apple di tahun 2025, menggusur bahasa-bahasa klasik dan memaksa developer beradaptasi cepat — atau punah.
Dalam laporan terbaru mengenai Top iOS Programming Languages for App Development 2025, Swift dinobatkan sebagai bahasa utama yang tidak hanya aman dan cepat, tapi juga paling siap menghadapi era AI-driven coding di ekosistem Apple.
Sementara itu, Objective-C resmi tergeser ke peran “penjaga masa lalu”, hanya digunakan untuk memelihara aplikasi lawas dan sistem legacy yang masih bertahan di App Store.
⚡ Swift: Raja Baru Ekosistem iOS
Swift kini dianggap bukan sekadar bahasa pemrograman — melainkan strategi Apple untuk mengunci masa depan pengembangannya. Dengan fitur keamanan memori, sintaks yang bersih, dan dukungan resmi dari Apple, Swift menjadi pondasi aplikasi besar seperti Airbnb, LinkedIn, dan Lyft.
Bahasa ini hadir dengan teknologi LLVM compiler, sistem type inference canggih, serta Swift Package Manager yang mempermudah pengelolaan dependensi.
Bagi pemula, Apple menyediakan Swift Playgrounds, platform edukasi yang mempermudah siapa pun belajar membuat aplikasi iPhone dari nol — menjadikan Swift pintu gerbang resmi menuju dunia Apple Developer.
Namun, keberhasilan Swift juga menciptakan efek samping: developer lama yang masih bergantung pada Objective-C mulai terdesak keluar dari industri.
🕰️ Objective-C: Sang Legenda yang Terlupakan
Objective-C, bahasa yang membangun generasi pertama aplikasi iPhone dan iPad, kini nyaris kehilangan panggung.
Meskipun masih dipakai untuk maintain kode lama dan mendukung perangkat tua, banyak developer yang menyebutnya “bahasa fosil yang menolak punah.”
Ironisnya, perusahaan besar yang masih menggantungkan diri pada Objective-C kini menghadapi dilema besar: migrasi atau mati.
Migrasi penuh ke Swift berarti biaya besar dan pelatihan ulang, sementara bertahan dengan Objective-C berarti tertinggal dari inovasi Apple yang semakin cepat berputar.
🌍 Flutter dan React Native: Ancaman dari Luar Tembok Apple
Sementara Apple membentengi ekosistemnya dengan Swift, Google dan Meta punya agenda berbeda.
Flutter (berbasis Dart) dan React Native (berbasis JavaScript) kini menembus tembok iOS dengan strategi cross-platform.
React Native memungkinkan developer membangun aplikasi iOS dan Android sekaligus — digunakan oleh Instagram, Uber Eats, dan Pinterest.
Sedangkan Flutter, ciptaan Google, menggebrak dunia UI dengan performa tinggi dan kustomisasi ekstrem — teknologi yang kini dipakai oleh Google Pay, eBay Motors, hingga Groupon.
C# dan Xamarin juga bertahan sebagai alternatif bagi perusahaan yang ingin satu basis kode untuk dua platform, terbukti sukses di aplikasi seperti FOX Sports dan Taxfyle.
💰 Mengapa iOS Tetap Menggiurkan
Meski Android menguasai pasar dari sisi volume, iOS tetap menjadi surga profit.
Dengan lebih dari 1 miliar perangkat aktif dan hampir 2 juta aplikasi di App Store, Apple mempertahankan reputasinya sebagai platform premium dengan standar kualitas tertinggi.
Setiap aplikasi yang masuk ke App Store harus melewati uji ketat — memastikan hanya produk terbaik yang lolos.
Hasilnya, iOS tetap menjadi platform dengan ROI tertinggi untuk bisnis digital berkat model pendapatan dari in-app purchases, iklan, dan langganan.
🔐 Keamanan, Privasi, dan Kelas Premium
Keunggulan lain iOS dibanding platform lain terletak pada keamanan dan privasi data.
Dengan kebijakan App Tracking Transparency (ATT) dan privacy nutrition labels, pengguna dapat melihat dengan jelas bagaimana datanya digunakan.
Apple tidak hanya menjual perangkat, tapi juga kepercayaan digital — nilai yang semakin langka di era kebocoran data.
Swift bahkan dirancang dengan safety-first mindset, menjadikannya bahasa yang secara teknis lebih sulit dieksploitasi daripada banyak pesaingnya.
♿ Arah Baru: Aplikasi yang Lebih Manusiawi
Dalam tren baru pengembangan iOS, aksesibilitas menjadi aspek wajib.
Fitur seperti VoiceOver, Dynamic Type, dan Assistive Touch kini menjadi standar dalam setiap aplikasi modern.
Bukan sekadar kepatuhan, tapi langkah nyata menuju inovasi yang inklusif — di mana teknologi bukan hanya untuk pengguna ideal, tapi untuk semua orang.
🧩 Kesimpulan: Era Baru Telah Dimulai
Tahun 2025 menjadi momen penting dalam sejarah pengembangan aplikasi iOS.
Swift telah menegaskan dirinya sebagai bahasa utama Apple, sementara Objective-C perlahan menyingkir ke belakang layar, dan pesaing lintas platform seperti Flutter dan React Native terus menekan dari luar ekosistem.
Pertanyaannya kini bukan lagi “Bahasa apa yang kamu gunakan?”, tetapi
“Apakah kamu siap menghadapi Apple yang menulis ulang masa depan coding dengan Swift?”