JAKARTA. Swapnews.co.id – Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kamu berada di situasi yang mengharuskan kamu untuk meminta maaf kepada orang lain. Melakukan kesalahan dan mengungkapkan penyesalan kepada orang yang kamu sakiti atau rugikan adalah hal yang normal. Sedangkan sorry syndrome ini dinilai berlebihan.
Namun, terkadang ada orang yang meminta maaf secara berlebihan, bahkan ketika kesalahannya adalah sesuatu yang remeh. Ini adalah kondisi yang bernama Sorry Syndrome atau Sindrom Permintaan Maaf atau Over-apologizing.
Sorry Syndrome adalah kondisi mental di mana seseorang cenderung meminta maaf secara berlebihan, bahkan untuk situasi yang tidak perlu atau tidak menimbulkan kesalahan, yang seringkali disebabkan oleh rasa tidak percaya diri, trauma masa kecil, atau upaya menghindari konflik. Kondisi ini dapat mengganggu kualitas hidup dan hubungan sosial, tetapi dapat diatasi dengan mengubah pola pikir negatif, mengganti ungkapan “maaf” dengan “terima kasih” dalam situasi yang tepat, dan berkonsultasi dengan profesional jika diperlukan.

Sorry Syndrome
Gejala Utama Sorry Syndrome
- Meminta maaf untuk hal-hal yang tidak bisa dikendalikan.
- Meminta maaf atas tindakan orang lain.
- Meminta maaf saat tidak ada kesalahan yang dilakukan.
- Terlalu sering meminta maaf dalam interaksi sehari-hari, bahkan saat melewati seseorang.
- Meminta maaf saat mencoba bersikap tegas
- Meminta maaf kepada benda mati atau situasi yang tidak bisa dimintai maaf.
Penyebab Umum
- Rendahnya harga diri dan kepercayaan diri: Seseorang merasa kurang berharga, sehingga meminta maaf secara berlebihan sebagai cara untuk mendapatkan validasi.
- Trauma masa kecil: Pengalaman masa lalu, seperti pola asuh yang buruk, dapat menyebabkan perasaan bersalah yang mendalam.
- Menghindari konflik: Takut akan penolakan atau konfrontasi mendorong seseorang untuk selalu minta maaf sebagai cara untuk menjaga keharmonisan.
- Persepsi diri yang negatif: Memiliki pandangan negatif tentang diri sendiri dan merasa bertanggung jawab atas banyak hal.
- Pasangan Terlihat Sempurna: Memiliki pasangan yang terlihat sempurna, bisa membuatmu cenderung menyalahkan diri sendiri atas segala permasalahan yang dihadapi.
- Tidak Ingin Orang Lain Merasa Buruk: Mengungkapkan permintaan maaf untuk membuat orang lain merasa bahagia.
- Merasa Tidak Nyaman: Perasaan serba sungkan alias tidak nyaman bisa membuatmu merasa perlu untuk selalu minta maaf, padahal tidak salah.
- Gangguan mental: gangguan kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), Depresi, Kecemasan social, Gangguan kecemasan umum, Gangguan dan Gangguan stres pascatrauma (PTSD) bahkan gangguan kepribadian ambang (BPD) bisa memunculkan perasaan bersalah yang mendorong mereka meminta maaf terus menerus.
- Meminta Maaf Agar Orang Lain Tidak Meninggalkanmu
- Penyesalan Masa Lalu: seseorang yang memiliki penyesalan terhadap tindakan atau keputusan yang pernah dilakukan di masa lalu mungkin cenderung meminta maaf secara berlebihan sebagai upaya untuk mengatasi perasaan bersalah.
Cara Mengatasi Sorry Syndrome
- Ganti “maaf” dengan “terima kasih”: Dalam beberapa situasi, seperti saat terlambat, ganti “maaf” dengan “terima kasih” kepada orang lain, seperti “Terima kasih sudah menunggu,”
- Evaluasi situasi: Sebelum meminta maaf, evaluasi apakah memang ada kesalahan atau anda memang benar-benar bertanggung jawab.
- Ubah pola pikir negatif: Ganti pikiran negatif dengan pernyataan yang lebih rasional dan realistis tentang diri sendiri.
- Konsultasi dengan profesional: Jika kondisi ini sudah mengganggu kehidupan Anda, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog atau terapis. (YSM)
Sumber Pustaka:
- Sorry Syndrome, Kondisi Saat Seseorang Minta Maaf Terus-Menerus.
- Illumination/Medium. How to Navigate “I’m Sorry” Syndrome.
- Inspigo/Medium. Mengenal Sorry Syndrome.
- OCD and Apologizing.
- Why You Can’t Stop Apologizing Even When You’re Clearly Not at Fault. .
- Psychology Today. Sorry, Not Sorry: But We Might Be Apologizing Too Much.
- Therapy in a Nutshell. So Why Do People Over Apologize.