Bogor, 01/08/2025 | swapnews.co.id Tanpa gemuruh publik dan di balik tembok kokoh Padepokan Garuda Yaksa di Hambalang, Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Presiden RI terpilih, Prabowo Subianto, resmi menetapkan struktur kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra periode 2025–2030.
Hasilnya mengejutkan banyak pihak. Nama-nama yang dilantik mempertegas konsolidasi kekuasaan dan loyalitas mutlak terhadap sang Ketua Umum. Prabowo tak hanya menetapkan dirinya sebagai Ketua Umum dan Ketua Dewan Pembina, tetapi juga menunjuk Sugiono—aktor sekaligus loyalis garis keras Gerindra—sebagai Sekretaris Jenderal yang baru, menggantikan tokoh senior Ahmad Muzani.
Sementara itu, Sufmi Dasco Ahmad tetap dipercaya sebagai Ketua Harian, dan Satrio Dimas Adityo sebagai Bendahara Umum.
Langkah ini tak ubahnya “reshuffle” internal besar-besaran yang secara simbolik menandai era baru Gerindra: partai yang semakin terkonsentrasi dalam lingkaran kepercayaan elite Hambalang.
Loyalitas Tanpa Tawar
“Ini adalah momentum untuk memperkuat soliditas dan mengamankan seluruh program pemerintah yang dipimpin oleh Bapak Prabowo Subianto,” ujar Sugiono usai pengesahan struktur baru.
Sugiono juga tak lupa menyampaikan penghormatan kepada Ahmad Muzani, Sekjen yang menjabat sejak 2008. Namun bagi pengamat politik, pergantian ini lebih dari sekadar regenerasi—ia adalah penyegelan mutlak kekuasaan dari lingkar dalam Prabowo menjelang dimulainya era kepemimpinannya sebagai presiden.
Di tengah euforia kemenangan Pilpres, publik kini bertanya: Apakah Partai Gerindra masih menjadi rumah politik kolektif, atau telah menjelma menjadi instrumen kekuasaan satu arah di bawah bayang-bayang Hambalang?
(F/S)