Sidoarjo, 30/09/2025 | swapnews.co.id – Duka mendalam menyelimuti dunia pendidikan pesantren. Musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khozinny di Buduran, Sidoarjo, runtuh pada Senin (29/9), menelan korban jiwa dan melukai puluhan santri. Hingga Selasa sore, tercatat tiga santri meninggal dunia, sementara 98 santri berhasil dievakuasi dari reruntuhan.

Korban Reruntuhan Pesantren
Korban meninggal di antaranya Maulana Alfian Ibrahim asal Surabaya, disusul Mochammad Mashudulhaq yang sempat mendapat perawatan intensif di RSUD RT Notopuro, serta Muhammad Soleh dari Bangka Belitung yang meninggal setelah mengalami luka serius di bagian bawah tubuh.
Direktur RSUD RT Notopuro, dr. Atok Irawan, mengungkapkan bahwa tim medis bahkan harus melakukan amputasi darurat pada salah satu korban di lokasi kejadian demi menyelamatkan nyawa. Namun, upaya medis maksimal tidak mampu menahan laju takdir.
“Tim ortopedi dan anastesi memutuskan amputasi karena korban dalam kondisi kritis. Meski berbagai tindakan dilakukan, nyawa tetap tidak terselamatkan,” ujarnya.
Puluhan santri lain masih menjalani perawatan di berbagai rumah sakit, di antaranya RSI Siti Hajar dan RS Delta Surya. Suasana duka kian terasa di tengah keluarga serta kerabat korban yang terus berdatangan.
Pengasuh Ponpes Al-Khozinny, KH Abdus Salam Mujib, menyatakan rasa belasungkawa sekaligus penjelasan bahwa musala yang roboh sebenarnya masih dalam tahap akhir pembangunan. Menurutnya, peristiwa ini dipicu kegagalan konstruksi saat pengecoran lantai atas.
“Ini pengecoran terakhir, tapi jebol. Padahal pembangunan sudah 10 bulan berjalan, tinggal finishing. Penopang cor tampaknya tidak kuat sehingga runtuh ke bawah,” terang Mujib.
Tim gabungan Basarnas, TNI, Polri, BPBD, serta relawan masih berjibaku di lokasi menggunakan alat berat untuk menyingkirkan reruntuhan. Meski demikian, proses evakuasi dilakukan ekstra hati-hati karena struktur bangunan dinilai rawan runtuh. Pemerintah Kabupaten Sidoarjo menurunkan tambahan alat berat untuk mempercepat pencarian korban yang masih diduga terjebak di bawah puing.
Musibah ini membuka luka sekaligus pertanyaan besar: sejauh mana standar keselamatan proyek pembangunan di lembaga pendidikan keagamaan dijalankan?
(Red)
Source : Telegram UpdateKriminalTerkini