SWAPNEWS.CO.ID | Investigasi Internasional
Washington D.C., Amerika Serikat –
Sebuah kasus kejahatan digital terbesar dalam sejarah Amerika Serikat mengguncang dunia kripto. Malone Lam, pemuda berusia 20 tahun asal Singapura, ditangkap oleh otoritas Amerika Serikat setelah diduga mencuri 4.100 Bitcoin (setara lebih dari Rp 3,6 triliun) dari seorang investor asal Washington D.C.
Lam, bersama rekannya Jeandiel Serrano, melakukan aksi licik dengan menyamar sebagai tim dukungan teknis Google dan Gemini, perusahaan penyedia layanan aset kripto terkemuka. Dengan trik social engineering, keduanya meyakinkan korban untuk memberikan akses jarak jauh ke komputernya—membuka file berisi private key aset kripto, yang kemudian disapu bersih ke dalam dompet digital milik para pelaku.
Aksi Digital yang Tersusun Rapi
Menurut laporan resmi Departemen Kehakiman Amerika Serikat (DOJ) yang dirilis pada 19 September 2024, aksi tersebut dilakukan pada 18 Agustus 2024. Setelah dana berhasil dipindahkan, Lam langsung mencuci hasil curiannya melalui jaringan mixers, VPN, dan peel chain wallets, sebuah teknik rumit untuk memutus jejak transaksi di blockchain.
“Ini adalah salah satu kasus pencurian kripto dari satu korban terbesar dalam sejarah Amerika Serikat,” tegas Jaksa Distrik Washington D.C. dalam rilis persnya.
Dari Hacker Menjadi Hedonis
Beberapa minggu setelah pencurian, Lam dan Serrano diketahui menikmati hidup mewah di Los Angeles dan Miami. Berdasarkan hasil penyelidikan FBI, mereka menghamburkan uang hingga ratusan juta dolar untuk membeli mobil sport dan supercar, jam tangan mewah, hingga tas Hermes Birkin untuk pacar Lam.
Media The Straits Times melaporkan bahwa Lam memiliki lebih dari 30 mobil mewah, termasuk koleksi Ferrari, Lamborghini, dan McLaren.
Sementara versi Channel NewsAsia (CNA) menyebutkan pengeluaran Lam mencapai US$500.000 hanya untuk satu malam pesta di klub eksklusif Los Angeles.
Dakwan Berat dan Jaringan Lebih Luas
Pada Mei 2025, DOJ kembali mengumumkan dakwaan lanjutan dengan 12 tersangka tambahan menggunakan pasal RICO (Racketeer Influenced and Corrupt Organizations Act)—undang-undang yang biasanya digunakan untuk kasus mafia dan kejahatan terorganisir.
Total dana yang dituduhkan kepada jaringan ini mencapai lebih dari US$263 juta, dengan Lam disebut sebagai salah satu otak utama operasi tersebut.
Kronologi Singkat:
Tanggal | Kejadian | Detail |
---|---|---|
18 Agustus 2024 | Aksi pencurian | Lam dan Serrano mengelabui korban dan mencuri 4.100 BTC |
19 September 2024 | Penangkapan pertama | DOJ umumkan penahanan dua tersangka |
Oktober 2024 | Investigasi diperluas | FBI melacak pencucian dana melalui mixers dan VPN |
Mei 2025 | Dakwaan tambahan | DOJ menambah 12 terdakwa lain di bawah pasal RICO |
Juni 2025 | Pengakuan bersalah | Rekan Lam, Veer Chetal (19), mengaku bersalah atas perannya dalam kasus ini |
Reaksi Dunia Kripto
Kasus ini menjadi alarm bagi seluruh pengguna kripto di dunia. Modus phishing dan social engineering kini menjadi ancaman nyata, bahkan bagi investor kawakan.
Perusahaan keamanan blockchain menilai kejadian ini sebagai “bukti bahwa kelemahan terbesar kripto bukanlah sistemnya, melainkan manusianya.”
Sumber-Sumber Kredibel
-
U.S. Department of Justice (DOJ), Washington D.C. – Press Release 19 Sep 2024 & 15 Mei 2025
-
Channel NewsAsia (CNA) – “Singaporean man charged for stealing 4,100 BTC” (2024–2025)
-
The Straits Times – “Singapore man accused of spending spree after crypto theft” (Okt 2024)
-
Courthouse News Service – “One of largest single-victim crypto thefts” (2024)
-
CNBC Indonesia, DetikInet, CBS Miami, NBC News, TRM Labs Report (2025)