Menu

Mode Gelap

Hukum & Kriminal · 24 Sep 2025 WIB

ANOMALI PSIKOLOGIS BARABAI: Bukan Dendam, Bukan Narkoba. Mengapa ‘Orang Biasa’ Tiba-tiba Melakukan Pembunuhan Bayi Paling Tak Terpahami?


					ANOMALI PSIKOLOGIS BARABAI: Bukan Dendam, Bukan Narkoba. Mengapa 'Orang Biasa' Tiba-Tiba Melakukan Pembunuhan Bayi Paling Tak Terpahami? Perbesar

ANOMALI PSIKOLOGIS BARABAI: Bukan Dendam, Bukan Narkoba. Mengapa 'Orang Biasa' Tiba-Tiba Melakukan Pembunuhan Bayi Paling Tak Terpahami?

JAKARTA. Swapnews.co.id – Pagi itu, Senin, 22 September 2025, suasana di Desa Gambah, Kecamatan Barabai, Hulu Sungai Tengah, masih tenang. Matahari baru saja naik, menyinari rumah-rumah kayu di sepanjang Jalan Perintis Kemerdekaan. Di salah satu rumah sederhana, seorang bayi mungil berusia delapan hari baru saja dimandikan ibunya. Bayi itu, diberi nama ST, adalah buah hati yang baru disambut keluarga dengan penuh cinta.
Setelah dimandikan, ibunya menidurkan ST di kamar, lalu menitipkannya kepada sang nenek karena harus keluar sebentar. Di rumah itu, hanya ada nenek dan si bayi yang sedang tidur pulas. Kakek dan ayah bayi sedang tidak ada di rumah.
Sekitar pukul 09.00 WITA, datang seorang pria bernama HA, berusia 38 tahun, tiba-tiba masuk melalui pintu samping rumah. Warga sekitar mengenalnya, tapi siang itu ia datang dalam keadaan tidak biasa seperti orang mabuk. HA langsung masuk ke kamar tempat bayi tidur.
Dengan suara datar ia bertanya pada nenek: “Di mana kakeknya? Ada orang tua bayi ini di rumah?”
Nenek menjawab bahwa hanya dirinya dan si bayi yang ada di rumah. Ayah dan ibu ST sedang tidak ada. HA kemudian menanyakan nama ayah bayi, yang dijawab oleh nenek dengan menyebut inisialnya.
Bayi yang Dijadikan “Mainan”
Entah apa yang ada di pikirannya, HA tiba-tiba mendekati ranjang kecil itu. Ia menunduk, menatap bayi mungil yang masih merah kulitnya. Lalu, tanpa izin, ia mengangkat bayi tersebut.
Nenek terkejut. Hatinya langsung cemas. Bayi sekecil itu di tangan pria dewasa, apalagi dalam kondisi tidak stabil, tentu berbahaya.
HA tidak menimang dengan lembut. Ia memainkan bayi itu seperti boneka, mengayun-ayunkannya dengan cara yang membuat nenek panik.
“Kembalikan cucu saya!” teriak nenek, mencoba merebut sang bayi. Detik-detik mencekam.
Terjadi tarik-menarik. Dalam kekacauan itu, kepala bayi sempat membentur dinding, membuat ST menangis keras. Tangisan bayi semakin membuat suasana tegang. HA terlihat panik.
Bukannya menyerahkan bayi, ia justru kehilangan kendali. Dengan emosi tak terkendali, ia lalu membanting bayi itu ke lantai bukan sekali, tapi dua kali. Tangisan yang tadinya memekakkan telinga mendadak terhenti. Tubuh mungil itu tak lagi bergerak.
Jeritan nenek dan teriakan warga
Nenek menjerit histeris, suaranya terdengar sampai ke luar rumah. Warga sekitar berlari datang. Mereka melihat bayi kecil itu sudah tak bernyawa, sementara pelaku masih di dalam rumah.
Dengan amarah bercampur ngeri, warga segera mengamankan HA. Tak lama kemudian, polisi dari Polres Hulu Sungai Tengah tiba di lokasi. Pelaku dibawa ke kantor polisi untuk diperiksa.
Pascakejadian: Misteri di Balik Pelaku
ST, bayi delapan hari yang tak berdosa, meninggal seketika akibat kekerasan tersebut. Keluarga duka menguburkan jasad mungilnya dengan tangis pilu, tak menyangka kebahagiaan menyambut kelahiran berubah jadi duka mendalam dalam sekejap.
Sementara itu, polisi menahan HA. Dugaan awal, ia dalam kondisi mabuk saat kejadian. Namun, tes urine menunjukkan hasil negatif dari narkoba. Polisi tidak berhenti di situ mereka juga mengambil sampel darah dan rambut untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Selain itu, dilakukan pula tes psikologi. Motifnya masih membingungkan. HA tidak memiliki dendam dengan keluarga bayi, tidak ada konflik sebelumnya. Polisi menduga ia panik ketika bayi menangis keras.
Status Hukum Pelaku
Pelaku kini resmi ditahan. Ia dijerat dengan pasal pembunuhan anak, dengan ancaman hukuman berat. Polisi masih menunggu hasil tes medis dan psikologi untuk melengkapi berkas perkara sebelum kasus ini dibawa ke pengadilan.
Epilog
Kisah ini meninggalkan luka yang dalam bagi keluarga di Desa Gambah. Bayi kecil bernama ST seharusnya tumbuh dalam kasih sayang orang tua dan neneknya. Namun, hanya delapan hari sejak kelahirannya, ia harus meregang nyawa di tangan orang lain dengan cara yang begitu kejam.
Dan hingga kini, warga masih bertanya-tanya: apa sebenarnya yang ada di pikiran pelaku? (YSM)
Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Jurnalis

Baca Lainnya

Eksekutor Jawa Timur Ancam Wartawan: Kebebasan Pers di Lamongan Dihantam Teror Kekuasaan!

6 Oktober 2025 - 04:35 WIB

Intimidasi terhadap wartawan di Lamongan

Grebek Kebun Ganja Polda Bali Amankan Dua WNA

3 Oktober 2025 - 07:22 WIB

Api Ganas di Samarinda! Belasan Rumah di Jalan Diponegoro Ludes, Warga Hanya Bisa Pasrah

1 Oktober 2025 - 23:11 WIB

Kebakaran Samarinda Jalan Diponegoro

Kebakaran Hebat Landa Permukiman Padat di Pecah Kulit, Tamansari – Api Sulit Dipadamkan

28 September 2025 - 05:26 WIB

Kebakaran Pecah Kulit Tamansari Jakarta Barat

Skandal Jenazah Turis Australia di Bali: Jantung Hilang, RI Disorot Dunia

23 September 2025 - 16:17 WIB

Kasus jenazah turis Australia di Bali tanpa jantung

Melawi Tenggelam Lagi: Banjir Setinggi 2 Meter Lumpuhkan Aktivitas Warga

20 September 2025 - 11:23 WIB

Banjir Melawi Kota Baru Kalimantan Barat
Trending di Banjir