Menu

Mode Gelap

Berita Musik Internasional · 17 Sep 2025 WIB

Nirvana: Fakta Gelap yang Tak Pernah Terungkap — Depresi, Konflik, dan Mitos Boddah


					Nirvana: Fakta Gelap yang Tak Pernah Terungkap — Depresi, Konflik, dan Mitos Boddah Perbesar

Swapnews.co.id

Jakarta — Sejak Nirvana meledak ke permukaan musik global, cerita yang paling sering disiarkan adalah mitos: Kurt Cobain sebagai seniman tertekan, bunuh diri, kematian tragis, dan band yang hancur karena ketenaran. Tapi narasi itu hanya satu sisi. Di balik album, konser, dan wawancara publik, tersimpan detail kehidupan pribadi yang penuh kontradiksi, rasa sakit, juga kecintaan — hal-hal yang tidak banyak diketahui atau seringkali diabaikan.

Berdasarkan arsip wawancara dengan Dave Grohl, Krist Novoselic, dan sumber primer lain, berikut adalah penggalan kisah nyata tentang apa yang seharusnya kita pahami tentang Kurt Cobain dan Nirvana — manusia sebelum legenda.


Awal Ketidakstabilan: Depresi yang Menjelma Guncangan

Salah satu wajah Nirvana yang paling sulit dilihat adalah bagaimana depresi dan ketidaknyamanan mental Kurt tumbuh dalam diam di tengah karier yang makin menanjak.

Dave Grohl pernah berkata:

“Sepanjang tahun itu terasa kabur bagi saya karena betapa hilangnya saya saat itu. Saat kami sampai di Jerman, saya rasa Kurt sudah tidak ingin berada di sana lagi. Saya ingat di tur itu, untuk pertama kalinya saya benar-benar merasakan depresi — depresi yang membuat saya tidak bisa bangun dari tempat tidur.”

Tentang Milan, Grohl menambahkan:

“Ada satu hari di mana saya benar-benar tidak bisa bangun dari tempat tidur. Saya mulai mempertanyakan kenapa kami bahkan ada di sana.”

Ia juga menggambarkan kondisi Kurt:

“Saya rasa Kurt sudah tidak nyaman dengan posisinya saat itu… saya tidak tahu apakah ada yang benar-benar nyaman. Tapi pengalaman yang dia alami sangat berbeda.”


Di Luar Panggung: Momen Sepi, Jurnal, dan Ruang Tertutup

Keterbukaan di panggung sangat berbeda dari kehidupan pribadi Kurt yang tertutup. Grohl mengisahkan bagaimana setelah latihan di apartemen, Kurt sering langsung menarik diri:

“Ada kalanya Kurt sangat lucu dan menyenangkan. Tapi tentu saja, ada juga saat-saat ketika ia menarik diri ke dalam ‘cangkangnya’ dan menulis. Saat itu saya kira ia hanya menulis catatan, tapi ternyata sebagian besar waktunya ia habiskan menulis di jurnal. Besoknya di latihan, ia sudah membawa lagu baru.”

Potret ini memperlihatkan sisi lain: bukan hanya ikon yang gelap, tapi juga seorang seniman dengan proses kreatif yang intens.


Ketidakpastian di Tengah Ketertarikan Global

Kesuksesan Nirvana datang dengan kecepatan luar biasa. Menurut Grohl:

“Sayangnya, Nirvana tumbuh terlalu besar dalam waktu yang terlalu singkat. Band itu seperti keluarga yang sedang mengalami fase pertumbuhan yang menyakitkan. Kalau semua itu terjadi sekaligus, rasanya terlalu berat untuk ditangani.”


Konflik Dalam Diam — Antara Kesempurnaan dan Ketakutan

Grohl mengakui ada momen di mana ia merasa tidak cukup baik:

“Saya rasa saya belum pernah bilang ini ke siapa pun, tapi ada waktu ketika Kurt benar-benar tidak senang dengan cara saya bermain drum. Saya bisa mendengar dia berbicara tentang betapa buruknya saya. Kebanyakan terjadi di era In Utero.”

Ia menggambarkan suasana band yang fluktuatif:

“Kadang suasana ruangan bisa penuh energi dan tawa, tapi kadang juga bisa terasa seperti wabah penyakit. Begitu gelap dan berat.”

Namun, Grohl juga menyimpan momen kecil yang sangat berharga:

“Ketika saya baru bergabung tahun 1990, kami mabuk di sebuah disko di Inggris, dan Kurt mendekati saya lalu berkata, ‘Saya senang sekali kamu ada di band ini. Kamu begitu membumi.’ Itu membuat saya terkejut. Lalu sekitar akhir 1993 atau awal 1994, saya pulang dan mendapati pesan di mesin penjawab dari Kurt: ‘Saya barusan mendengarkan In Utero, dan permainan drummu luar biasa. Kamu melakukan pekerjaan hebat.’ Pesan itu sangat berarti bagi saya.”


Duka Mendalam Setelah Kepergian — Krist Novoselic

Bagi Krist Novoselic, kematian Kurt adalah trauma yang menghantam keras:

“Butuh waktu lama bagi saya. Itu sangat traumatis. Saya jatuh dalam depresi. Dampaknya benar-benar buruk.”

Tentang album Nevermind, Krist mengaku perasaannya masih bercampur aduk:

“Album itu sangat sarat makna bagi saya. Tentu saya senang mengingat Kurt, tapi banyak hal lain yang muncul ketika mendengarnya. Itu sudah 25 tahun yang lalu, dan tetap terasa aneh.”

Namun waktu perlahan mengajarkan sesuatu:

“Pada akhirnya, waktu menyembuhkan. Kita akhirnya belajar untuk menerimanya.”


Musik sebagai Terapi

Musik bukan hanya medium kreatif, tapi juga terapi bagi para anggota Nirvana.

Grohl menjelaskan:

“Sejak kecil, saya selalu merasa bisa berkata: ‘Ah, bisa saja lebih buruk dari ini.’ Sampai sekarang saya masih berpikir begitu. Bisa saja jauh lebih buruk.”

Ia menambahkan tentang kekuatan Nirvana:

“Bukan hanya soal amarah atau kegelapan, ada semacam pelepasan emosi. Itulah mesin yang menggerakkan Nirvana.”

Dan setelah Nirvana bubar, musik kembali jadi penyelamat bagi Grohl:

“Ada trauma khusus setelah Nirvana berakhir, yang bertahan cukup lama. Tapi kecintaan saya pada musik sejak kecil akhirnya mengalahkan segalanya. Saya sadar musiklah yang bisa menulis saya keluar dari depresi itu.”


Mitos “Boddah”

Kurt dikenal menulis surat terakhirnya dengan menyebut “Boddah,” sosok imajiner dari masa kecilnya. Walau tidak pernah ia jelaskan secara terbuka, bagi banyak peneliti hal ini adalah bagian dari mekanisme psikologisnya untuk menghadapi konflik batin. “Boddah” adalah cermin — suara internal yang ia gunakan untuk berdialog dengan dirinya sendiri.


Kritik Diri, Kekaguman, dan Sisi Lain Kurt

Grohl menegaskan bahwa Kurt bukan hanya ikon tragis:

“Kurt bukanlah ikon Generasi X yang selalu tersiksa dan depresi, seperti yang banyak digambarkan. Dia juga lucu, ringan, dan menyenangkan.”

Momen sederhana juga membekas:

“Kadang kami hanya menghabiskan waktu memilih makanan beku di supermarket, atau duduk di freezer section sambil bercanda. Itu hal-hal kecil, tapi sangat berarti sebelum semua jadi besar.”


Tekanan Publik, Ekspektasi, dan Realitas

Grohl juga mengingat masa In Utero:

“Di masa itu, Kurt jadi tidak senang dengan arah yang ditempuh band. Ia semakin kritis terhadap segalanya.”

Tentang akhir hidup Kurt, Grohl berkata:

“Orang tahu ada intervensi. Orang tahu ia dikirim ke Los Angeles. Orang tahu ia kabur dari rehabilitasi dan menghilang. Tapi banyak hal yang terjadi jauh sebelum itu. Mungkin seharusnya saat itu semua orang mundur sejenak.”


Warisan dan Cara Mereka Mengenang

Krist Novoselic kini lebih banyak menyoroti bagaimana Nirvana masih hidup di hati penggemar:

“Banyak orang berkata, ‘Nirvana menyelamatkan hidup saya’, dan saya bisa memahaminya. Saya merasakan hal yang sama ketika pertama kali mendengarkan band Flipper.”

Tentang kemungkinan karya Nirvana dihidupkan kembali, Krist menambahkan:

“Kalau ada kesempatan dan rasanya tepat, kami akan melakukannya. Sementara itu, kami hanya mengenang Kurt dan menjalani hidup kami.”


Kesimpulan

Nirvana bukan sekadar band legendaris. Mereka adalah kumpulan manusia dengan luka, cinta, dan pencarian makna. Kurt Cobain bukan hanya ikon tragis; ia juga ayah, teman, sahabat yang lucu, seniman yang rapuh, sekaligus penuh kasih.

Mungkin bagian tersulit bukanlah kematiannya, melainkan bagaimana dunia memahaminya setelah itu: apakah kita hanya melihat mitos, atau juga sisi manusiawi yang jauh lebih kompleks?

(P/A)


Artikel ini telah dibaca 13 kali

badge-check

Jurnalis

Baca Lainnya

AI Membunuh Bahasa Pemrograman? Python Bertahan, JavaScript Terpuruk di 2025!

7 Oktober 2025 - 01:58 WIB

Bahasa pemrograman 2025, dominasi Python, kejatuhan JavaScript, dan ancaman AI terhadap coding tradisional.

Bryan Mbeumo: Rekrutan yang Diam-Diam Menyelamatkan Manchester United dari Krisis

7 Oktober 2025 - 00:49 WIB

Pelatih kepala Manchester United asal Portugal, Ruben Amorim

Florian Wirtz dan Kutukan ‘007’: Agen Gagal Liverpool atau Calon Legenda yang Terlambat Panas?

7 Oktober 2025 - 00:26 WIB

Era Baru di Anfield Florian Wirtz, Sang Arsitek Masa Depan Liverpool

Pemuda 20 Tahun Asal Singapura Gasak 4.100 Bitcoin! Gaya Hedon, Borong Puluhan Supercar hingga Bikin FBI Geleng Kepala

6 Oktober 2025 - 12:47 WIB

Kasus pencurian 4.100 Bitcoin oleh Malone Lam

Ulama Murka! Lirik Lagu Minang ‘Patah Bacinto’ Dipelesetkan Jadi “Tuhan Den Paso” di Konser Payakumbuh

4 Oktober 2025 - 18:49 WIB

Lirik lagu Minang dipelesetkan di konser Payakumbuh, ulama geram anggap hina Tuhan.

Kisah Erix Soekamti: Ubah Kebencian Jadi Kampus Unik, Melahirkan Animator Film ‘Jumbo’

30 September 2025 - 05:57 WIB

Balas Dendam Indah Erix Soekamti: Dari Drop Out Jadi Pendiri DOES University
Trending di INOVASI