Menu

Mode Gelap

Entertainment · 21 Sep 2025 WIB

Di Balik Bayangan ‘Every Breath’: Rahasia, Uang, dan Perebutan Warisan Musik The Police


					The Police Perbesar

The Police

The Police dikenal publik lewat lagu-lagu abadi seperti Roxanne, Message in a Bottle, hingga Every Breath You Take. Namun di balik kejayaan itu tersimpan kisah yang jauh lebih rumit: ego yang berbenturan, kontribusi musik yang tak diakui, hingga gugatan hukum miliaran rupiah yang kini menyeret Sting ke pengadilan. Investigasi ini membongkar sisi yang jarang diungkap media—mengenai bagaimana sejarah musik ditulis, siapa yang berhak atasnya, dan mengapa pertarungan royalti lama kembali mencuat di tahun 2025.

Awal Mula: Punk, Reggae, dan Trio Tak Seimbang

The Police terbentuk di London pada 1977. Stewart Copeland, seorang drummer yang tumbuh dalam keluarga diplomat dan memiliki pengalaman di band progresif Curved Air, bertemu dengan Gordon Matthew Sumner alias Sting, seorang guru sekolah sekaligus bassist/vokalis dengan suara unik. Gitaris Andy Summers bergabung kemudian, membawa pengalaman panjang dari dunia jazz dan fusion.

Dari awal, ketiga musisi ini menyadari ada ketidakseimbangan. Sting muncul sebagai sosok penulis lagu utama, Copeland membawa energi ritmis yang tidak biasa, sementara Summers memperhalus tekstur gitar dengan atmosfer unik. Roxanne (1978) menandai terobosan mereka: sebuah lagu tentang cinta kepada pekerja seks, yang dengan cepat menjadi anthem internasional.

Dalam wawancara dengan Rolling Stone, Copeland pernah mengatakan:

“Kami bertiga seperti tiga ilmuwan gila dalam laboratorium. Sting membawa formula, tapi tanpa eksperimen saya dan Andy, hasil akhirnya tak akan seperti yang orang kenal.”


Jalan Menuju Puncak: Synchronicity dan Ketegangan

Album Synchronicity (1983) menjadi puncak karier The Police, dengan single Every Breath You Take merajai tangga lagu global. Namun justru di balik kesuksesan itu, konflik semakin tajam.

Sting semakin dominan dalam studio, seringkali menolak ide Copeland dan Summers. Dalam dokumenter Everyone Stares: The Police Inside Out, Copeland menuturkan:

“Kami sering berkelahi, bahkan sampai adu fisik di studio. Itu bukan sekadar ego, tapi perebutan kendali atas suara The Police.”

Andy Summers sendiri mengingat Every Breath You Take secara berbeda. Ia mengklaim riff gitar ikonik yang membuat lagu itu “bernapas” lahir dari tangannya. Namun, kredit penulisan lagu hanya mencantumkan nama Sting.


Perpisahan: Sting dan Bayangan Band

Setelah Synchronicity, Sting memutuskan fokus pada karier solo. The Police bubar tanpa pengumuman resmi, hanya meninggalkan ketegangan yang belum selesai.

Summers dalam bukunya One Train Later menulis:

“Sting pergi dengan cara yang dingin. Seolah-olah sejarah kolektif kami bisa direduksi menjadi catatan kaki dalam kisahnya sendiri.”

Keputusan itu menandai awal jurang finansial: semua royalti lagu tetap jatuh ke Sting sebagai penulis tunggal, sementara Copeland dan Summers hanya menikmati hasil dari tur dan rekaman.


Reuni 2007: Sebuah Perbaikan Semu

Dua dekade kemudian, The Police kembali reuni untuk tur dunia 2007–2008. Tur ini menghasilkan pendapatan lebih dari USD 360 juta, menjadikannya salah satu tur musik terbesar dalam sejarah. Namun menurut laporan The Guardian, meski secara finansial menguntungkan, hubungan personal antar anggota tidak banyak membaik.

Sting tetap menjaga jarak, Copeland masih menyimpan luka lama, dan Summers merasa kontribusinya tak pernah benar-benar diakui.


2025: Gugatan Royalti yang Menghidupkan Luka Lama

Pada Agustus 2025, Andy Summers dan Stewart Copeland resmi mengajukan gugatan di High Court London terhadap Sting dan perusahaan penerbitannya. Gugatan itu menuntut kompensasi atas “hilangnya pembayaran royalti” dan pengakuan kontribusi penulisan pada beberapa lagu, terutama Every Breath You Take.

Pengacara Summers menyatakan:

“Tanpa riff gitar Summers dan pola drum Copeland, lagu itu tidak akan menjadi mahakarya seperti sekarang. Klaim kami bukan nostalgia, ini soal keadilan finansial.”

Sting membantah, dengan menyatakan semua sudah diatur dalam kontrak penerbitan sejak 1980-an. Tim hukumnya mengklaim Summers dan Copeland menandatangani perjanjian yang melepaskan hak klaim di masa depan.


Analisis Hukum: Lagu, Aransemen, dan Hak

Kasus ini menguji batas hukum hak cipta di Inggris. Secara hukum, penulis lagu adalah pencipta melodi dan lirik. Aransemen, meskipun bisa menentukan identitas lagu, jarang diakui sebagai penulisan kecuali ada bukti eksplisit kontribusi kreatif.

Namun, para ahli musik menekankan bahwa The Police adalah contoh klasik di mana identitas lagu terletak pada “sound kolektif”. Profesor musikologi Simon Frith berkomentar di BBC:

“Setiap band besar punya dinamika semacam ini. The Police lebih dari sekadar Sting. Tapi hukum musik tidak selalu adil terhadap kenyataan kreatif.”


Dimensi Ekonomi: Katalog Lagu sebagai Harta Karun

Konteks ekonomi memperburuk situasi. Pada 2022, Sting menjual katalog musiknya ke Universal Music Publishing dengan nilai diperkirakan lebih dari USD 300 juta.  Lagu-lagu The Police, terutama Every Breath You Take, terus menghasilkan jutaan dolar per tahun dari radio, streaming, hingga lisensi film/iklan.

Bagi Copeland dan Summers, ketidakadilan bukan hanya soal nama, tetapi soal akses ke pundi-pundi yang terus mengalir. Gugatan 2025 ini menargetkan bagian dari aliran dana yang mereka klaim sah.


Apa yang Jarang Ditulis Media

  1. Konflik personal jauh lebih dalam — Copeland dalam catatan pribadinya menggambarkan pertengkaran mereka tak jarang berujung kekerasan fisik.

  2. Perbedaan latar belakang — Copeland tumbuh di Timur Tengah sebagai anak diplomat, Sting di Newcastle dengan masa kecil religius keras, Summers dari latar jazz. Perbedaan ini membentuk benturan visi.

  3. Strategi bisnis Sting — sebagai mantan guru, Sting memahami pentingnya hak cipta. Ia lebih sigap mengurus kontrak dan penerbitan sejak awal, sementara dua rekannya lebih fokus pada eksplorasi musikal.


Dampak pada Industri Musik

Kasus The Police menjadi preseden penting. Jika Summers dan Copeland menang, banyak band lain dari era klasik—dengan pola serupa (frontman menulis, band mengaransemen)—dapat menuntut ulang hak cipta lagu.

Di sisi lain, kemenangan Sting akan memperkuat status quo: hukum hanya melindungi pencipta melodi dan lirik, sementara aransemen tetap dianggap sekunder.


Kesimpulan: Sejarah Siapa yang Kita Baca?

The Police menulis sejarah dengan musik mereka, tapi kini sejarah itu sedang diperebutkan kembali di meja hijau.

Apakah Every Breath You Take milik Sting seorang diri, ataukah milik tiga orang yang menciptakan magis bersama? Jawaban resmi akan ditentukan pengadilan. Namun bagi para penggemar, kebenaran sesungguhnya mungkin sudah jelas: The Police adalah kekuatan kolektif, dan setiap nafas dalam lagu itu adalah hasil kerja tiga jiwa.

(P/A)


Artikel ini telah dibaca 11 kali

badge-check

Jurnalis

Baca Lainnya

House of David Season 2: Serial Religi yang Jadi ‘Game of Thrones’-nya Alkitab, Picu Perdebatan Penonton Dunia!

7 Oktober 2025 - 10:07 WIB

House of David Season 2 Prime Video Release Schedule

AI Membunuh Bahasa Pemrograman? Python Bertahan, JavaScript Terpuruk di 2025!

7 Oktober 2025 - 01:58 WIB

Bahasa pemrograman 2025, dominasi Python, kejatuhan JavaScript, dan ancaman AI terhadap coding tradisional.

Bryan Mbeumo: Rekrutan yang Diam-Diam Menyelamatkan Manchester United dari Krisis

7 Oktober 2025 - 00:49 WIB

Pelatih kepala Manchester United asal Portugal, Ruben Amorim

Florian Wirtz dan Kutukan ‘007’: Agen Gagal Liverpool atau Calon Legenda yang Terlambat Panas?

7 Oktober 2025 - 00:26 WIB

Era Baru di Anfield Florian Wirtz, Sang Arsitek Masa Depan Liverpool

Diduga Depresi Usai Dituduh KDRT, Pria di Kotawaringin Timur Ditemukan Tewas Gantung Diri di Rumah

6 Oktober 2025 - 19:12 WIB

Pria gantung diri di Baamang Barat usai dilaporkan KDRT

Pemuda 20 Tahun Asal Singapura Gasak 4.100 Bitcoin! Gaya Hedon, Borong Puluhan Supercar hingga Bikin FBI Geleng Kepala

6 Oktober 2025 - 12:47 WIB

Kasus pencurian 4.100 Bitcoin oleh Malone Lam
Trending di Crypto