Swapnews.co.id – Derbi Manchester edisi terbaru di Stadion Etihad berakhir dengan kekalahan telak bagi Manchester United pada Minggu malam (14/9). Anak asuh Ruben Amorim tak berdaya menghadapi dominasi Manchester City dan harus menyerah 3-0. Pertandingan ini tak hanya menambah panjang catatan buruk Setan Merah di awal musim, tetapi juga memicu kembali perdebatan sengit tentang masa depan sang pelatih. Kekalahan ini terasa semakin menyakitkan mengingat Man City berhasil meraih kemenangan dengan skor yang meyakinkan di hadapan publiknya sendiri.
Sejak menit awal, Manchester City langsung menunjukkan taji mereka. Serangan demi serangan dilancarkan dengan rapi, membuat lini pertahanan United bekerja keras. Gol pertama The Citizens lahir pada menit ke-18 melalui sundulan Phil Foden, memanfaatkan umpan lambung yang ciamik dari Jeremy Doku. Gol ini menjadi awal dari dominasi penuh Man City dan membuat United kesulitan mengembangkan permainan mereka, meski sempat mencoba memberikan perlawanan.
Memasuki babak kedua, harapan untuk bangkit bagi United perlahan sirna. Erling Haaland, mesin gol Man City, menjadi sosok sentral yang menghancurkan semangat juang Setan Merah. Pada menit ke-53, ia menggandakan keunggulan timnya dengan sontekan akurat usai menerima umpan dari Doku, yang lagi-lagi menjadi arsitek serangan berbahaya. Gol kedua ini semakin menegaskan betapa rapuhnya pertahanan United saat menghadapi serangan balik cepat dan terorganisir.
Gol ketiga Haaland tercipta pada menit ke-68, kembali dari skema serangan balik yang mematikan. Kali ini, kesalahan fatal yang dilakukan oleh Luke Shaw di lini belakang dimanfaatkan dengan sempurna oleh striker asal Norwegia tersebut. Gol ini sekaligus menjadi pukulan telak yang membuat United tak lagi bisa mengejar ketertulan, dan skor 3-0 bertahan hingga peluit akhir dibunyikan, memberikan tiga poin penting bagi City di ajang Liga Inggris.
Pasca-pertandingan, sorotan tajam langsung mengarah pada Ruben Amorim. Statistik mencatat, ini adalah salah satu awal musim terburuk Manchester United dalam 33 tahun terakhir. Banyak pihak, termasuk para legenda klub, menyuarakan kekhawatiran mereka terhadap kinerja tim dan filosofi permainan yang diterapkan Amorim. Para penggemar juga menunjukkan rasa frustrasi mereka di media sosial, menuntut adanya perubahan signifikan dari sang pelatih.
Meskipun menghadapi badai kritik, Amorim tetap pada pendiriannya. Dalam konferensi pers, ia menyatakan tidak akan mengubah filosofi permainannya. “Ketika saya ingin mengubah filosofi saya, saya akan berubah. Jika tidak, Anda harus mengubah orangnya,” ujar Amorim, yang mengisyaratkan bahwa ia yakin dengan pendekatannya dan siap dengan konsekuensi apa pun. Sikap ini menunjukkan kegigihan, sekaligus menimbulkan pertanyaan apakah pendekatannya benar-benar cocok dengan karakter tim.
Lebih lanjut, Amorim mengaku sangat menderita dengan kekalahan yang dialami timnya, bahkan lebih dari para penggemar. Ia menegaskan bahwa ia akan selalu memikirkan apa yang terbaik bagi klub dan akan memberikan segalanya. Namun, dengan hasil minor yang terus berdatangan dan rekor yang semakin buruk, tekanan terhadap Amorim akan semakin meningkat. Kekalahan dari City ini menjadi ujian terbesar bagi sang pelatih dan akan sangat menentukan nasibnya di kursi manajer Manchester United.(S/F/S)
