Swapnews.co.id_Ketika berbicara tentang musik pop, kebanyakan orang akan langsung menyebut nama The Beatles, Michael Jackson, atau Taylor Swift. Namun, jauh sebelum semua itu, ada satu nama yang justru membuka jalan: Bing Crosby. Sosok inilah yang oleh banyak sejarawan musik dianggap sebagai musisi pop pertama di dunia.
Lahir tahun 1903 di Tacoma, Amerika Serikat, Crosby bukan hanya sekadar penyanyi. Ia adalah inovator. Dengan gaya vokal “crooning”—lembut, dekat, dan intim—Crosby berhasil memanfaatkan teknologi mikrofon dengan cara yang sebelumnya tidak terpikirkan. Jika penyanyi era sebelumnya harus bernyanyi lantang agar terdengar, Crosby justru mendekat ke mikrofon, berbicara seolah-olah menyapa pendengar secara pribadi. Teknik ini kelak menjadi standar dalam industri musik pop.
Puncak kejayaannya datang lewat lagu White Christmas (1942). Rekaman ini masih memegang rekor sebagai salah satu single terlaris sepanjang masa, dengan penjualan lebih dari 50 juta kopi. Ironisnya, popularitas Bing Crosby hari ini nyaris tenggelam, kalah gaung dibandingkan Elvis Presley atau The Beatles, padahal di masanya ia adalah mega-bintang global.
Pop: Musik Murahan yang Jadi Primadona
Istilah “pop music” pertama kali muncul pada tahun 1926 di Inggris, sebagai singkatan dari “popular music”. Awalnya, istilah ini bukan genre, melainkan kategori: musik yang digemari banyak orang. Namun, pada 1950-an, pop berkembang menjadi identitas musikal tersendiri—ringan, mudah diingat, dan mampu menembus segala lapisan masyarakat.
Apa yang jarang disorot adalah betapa musik pop sejak awal dianggap murahan. Ia dikritik sebagai musik “konsumsi massa”, bukan seni tinggi. Namun justru karena sifatnya yang sederhana dan akrab di telinga, pop bertahan melintasi generasi, menyerap pengaruh dari jazz, blues, rock and roll, R&B, hingga EDM.
Fakta Pop yang Jarang Diketahui
-
Durasi 3 Menit Bukan Kebetulan
Lagu pop rata-rata berdurasi 3–4 menit. Ini bukan sekadar standar radio, tapi juga mengikuti rentang fokus manusia. -
Industri vs Seniman
Sebagian besar lagu pop diciptakan oleh tim penulis dan produser di balik layar. Nama-nama seperti Max Martin (penulis hits Britney Spears, Katy Perry, hingga The Weeknd) jarang terdengar, padahal dialah dalang di balik puluhan lagu nomor satu dunia. -
Pengaruh Afrika-Amerika
Ragtime, jazz, dan blues dari komunitas kulit hitam Amerika adalah fondasi musik pop modern. Namun, kontribusi mereka kerap tertutup oleh artis kulit putih yang lebih dulu dipasarkan ke massa. -
Bing Crosby, Raja Sejati Penjualan
Banyak orang mengira Elvis atau Beatles adalah penjual rekaman terbesar, padahal Crosby diperkirakan menjual lebih dari 500 juta keping—angka yang jarang disebut media.
Dari Crosby ke Beatles hingga Era Streaming
Setelah Bing Crosby, dunia menyaksikan lahirnya Frank Sinatra, yang mengubah pop menjadi gaya hidup glamor dan memunculkan “idol culture”. Lalu datang The Beatles, yang tidak sekadar menjual musik, tapi menciptakan revolusi budaya global.
Era 1980-an membawa Michael Jackson sebagai “King of Pop”, dengan MTV sebagai panggung visual baru. Kini, di era streaming, nama seperti Taylor Swift, Billie Eilish, hingga BTS menjadi wajah baru pop yang terus berevolusi.
Pop Selalu Jadi Cermin Zaman
Sejarah musik pop membuktikan satu hal: pop bukan hanya hiburan. Ia adalah cermin zaman, refleksi dari teknologi, budaya, hingga psikologi massa. Dari Bing Crosby yang memeluk mikrofon hingga Taylor Swift yang memeluk miliaran pendengar lewat Spotify, pop selalu mencari cara untuk dekat dengan hati manusia.
Dan mungkin, inilah alasan mengapa musik pop tidak pernah benar-benar mati—karena ia selalu tahu bagaimana cara menjadi teman akrab di telinga kita.
(P/A)